kisa seorang wali yang menyentuh
17.33
By
BERBAGI KEBAHAGIAAN DALAM HIDUP
kisa seorang guru
0
komentar
KISAH GURU WALI YANG MENYENTUH
(Epochtimes.co.id)
|
Kebanyakan
sekolah SD dan SMP di Amerika, dalam setiap tahun ajaran menyisakan
satu hari penuh yang dipergunakan khusus sebagai hari pertemuan antara
guru dan orang tua murid.
Hari itu murid-murid
diliburkan, guru bertemu muka dengan setiap orang tua murid untuk
membicarakan persoalan anak-anak mereka. Waktu yang disediakan untuk
setiap orang tua murid sekitar 30 menit. Yang paling berkesan bagi saya
adalah pertemuan pertama dengan Ibu Debby, wali guru kelas 5 anak
perempuan saya.
Setelah Ibu guru Debby
memuji-muji anak perempuan saya, topik pembicaraannya segera diubah, dia
berkata, “Setelah Kristina (anak saya) menjadi murid terbaik, ada satu
hal yang saya kuatirkan. Andaikata pada suatu hari di dalam buku
rapornya sudah tidak begitu indah lagi, semisal ada satu bahkan beberapa
nilai B dalam rapornya, maka dia akan bagaimana menanggulangi masalah
tersebut?”
Saya dan suami saya
saling memandang untuk sejenak, rupanya perkataan ini membuat kita
tersadarkan dari mimpi. Selanjutnya dia menceritakan kisah yang dia
alami sendiri :
Anak perempuannya dulu pernah menjadi murid yang terbaik, setiap mata pelajarannya bernilai A. Tetapi setelah dia naik ke SMA, karena mata pelajarannya semakin sulit dan beberapa sebab yang lain, maka didalam rapornya mendapatkan beberapa nilai B.
Anak perempuannya dulu pernah menjadi murid yang terbaik, setiap mata pelajarannya bernilai A. Tetapi setelah dia naik ke SMA, karena mata pelajarannya semakin sulit dan beberapa sebab yang lain, maka didalam rapornya mendapatkan beberapa nilai B.
Anak perempuan ini tidak
bisa menerima kenyataan bahwa dalam pelajaran, dia sudah bukan lagi yang
terbaik, maka dari itu dia mengupayakan dengan segala cara untuk
mencari bidang yang bisa membuat dia menjadi yang terbaik.
Akhirnya dia menemukan
jalan itu, yaitu mogok makan. Alhasil akibatnya tentu sudah Anda
ketahui. Gadis kecil itu hampir saja kehilangan nyawanya. Beruntung
orang tuanya segera mengetahui hal tersebut, penyembuhan secara medis
dan secara psikolog segera dilakukan, dengan susah payah akhirnya gadis
itu bisa tertolong.
Ibu guru Debby berkata,
“Saya menceritakan kisah ini kepada Anda adalah untuk mencegah agar
peristiwa ini jangan sampai terulang kembali. Saya menyayangi anak Anda
sama seperti saya menyayangi anak saya sendiri. Harapan saya yang
terbesar adalah jiwa dan raganya tumbuh dengan sehat. Hal ini merupakan
harapan yang terbesar bagi seorang pendidik.”
Dia lalu menjelaskan
rencananya kepada kami berdua, juga mengatakan bahwa sebelum menjalankan
rencana ini perlu mendapatkan dukungan dan persetujuan dari kami.
Ibu guru Debby bersedia
menambah tingkat kesulitan belajar dan soal ujian untuk diberikan kepada
Kristina, agar di dalam nilai rapornya sedikitnya mendapatkan satu
hingga dua angka B. Dia ingin mengawasi reaksi Kristina. Dia berpendapat
memupuk kemampuan seorang anak menerima kegagalan adalah sama
pentingnya dengan memupuk percaya diri dari seorang anak.
Melihat guru wali yang
demikian tanggung jawab dengan sepenuh hati, sungguh membuat kami
terharu, juga membuat kami sadar. Sejujurnya, di dalam benak kami sama
sekali tidak pernah terbayang tentang hal ini, lebih-lebih menyadari
akan keseriusan masalah ini, malahan merasa senang karena anak perempuan
kami mendapatkan nilai yang bagus.
Ada sepatah kata yang
diucapkan oleh Ibu Debby yang telah membuat kami tersentuh secara
mendalam. Dia berkata, “Sering-sering harus memberitahukan kepada anak
bahwa Anda menya-yangi mereka dan semua orang juga menyenangi mereka
adalah karena budi pekerti mereka, sama sekali tidak berkaitan dengan
nilai rapor yang mereka dapatkan.”
Sudah berapa lamakah,
hanya karena keuntungan yang membuat pusing kepala, sehingga kita telah
membuat kita melupakan prinsip hidup yang sangat sederhana ini. (Ming Xin.net/lin)
0 komentar: